- Back to Home »
- BAJU TRADISIONAL JEPANG
Posted by : BISNIS ONLINE
Minggu, 03 November 2013
BAJU TRADISIONAL JEPANG
1. Kimono
Kimono (着 物 ) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalahbaju atau sesuatu yang
dikenakan (ki berartipaka i, danmono berartibarang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, miripmantel
berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke
pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan,
sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagiankanan
harus berada di bawah kerah bagiankiri. Sabuk kain yang disebutob i
dililitkan di bagianperut/pinggang, dan diikat di bagianpunggung. Alas
kaki sewaktu mengenakan kimono adalahzōri ataugeta.Kimono sekarang ini
lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang
belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.[1] Ciri
khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai.
Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakanfurisod e untuk
menghadiri seijin shiki.Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.[2] Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi- Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri darifurisod e danuch ikake (mantel yang dikenakan di atasfurisode).Furisode untuk pengantin wanita berbeda darifurisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untukfurisod e pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warnafurisod e pengantin juga lebih cerah dibandingkanfurisode biasa.Shiro muku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupafurisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak
zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang
sebagaiwafuku (和 服 , pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat,
semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain
untuk kimono adalahgofuku (呉 服 ). Istilahgofuku mulanya dipakai untuk
menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang
tiba di Jepang dari daratan Cina.
2. Kimono wanita
Terselubung
yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono
wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling
formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai,
kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri.
Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah.
Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti
harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon)
di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan
2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah
motif indah padasuso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang.
Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan
acara-acara yang sangat resmi.
Irotomesode
Tomesode
yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah:
tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai
bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari
satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono
jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono
jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak
memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi
di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas
irotomesode adalah motif indah pada suso.
Furisode
Furisode
adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah.
Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain.
Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai
ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki,
menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atauhatsu mode.
Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu
jenis furisode.
Homongi
Hōmon-gi
(訪 問 着 , arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal
untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas
memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak.
Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan
belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan,
upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.
Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage
Tsukesage
adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat
dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga.
Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu
resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah.
Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-
kecil yang berulang.[3] Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni,
makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di
gedung.
Tsumugi
Tsumugi
adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita
yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini
boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan
berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana
dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.
Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di
ladang.
Yukata
Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.
Yukata dikencangkan ke tubuh pemakai dengan obi yang lebarnya setengah dari lebar obi untuk kimono jenis lain. Di antara berbagai jenis simpul obi untuk yukata, bentuk simpul yang paling populer adalah simpulbunko yang berbentuk kupu-kupu. Bila tidak bisa membuat simpul, toko kimono menjual simpul obi yang sudah jadi dan tinggal disisipkan pada obi.
Wanita mengenakan yukata yang pas dengan ukuran tubuh pemakai agar terlihat bagus sewaktu dipakai. Seperti halnya kimono, panjang yukata selalu melebihi tinggi badan pemakai. Perlengkapan memakai yukata wanita:
Yukata
Yukata (浴衣, baju sesudah mandi) adalah jeniskimono yang dibuat
dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah
dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari
atau sesudahmandi malam berendam dengan air panas.
Menurut urutan tingkat formalitas, yukata adalah kimono nonformal
yang dipakaipria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas,
misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri (ennichi), atau
menari pada perayaanobon. Yukata dapat dipakai siapa saja tanpa
mengenal status, wanita sudah menikah atau belum menikah.
Gerakan dasar yang harus dikuasai dalam nihon buyo selalu berkaitan
dengan kimono. Ketika berlatih tari, penari mengenakan yukata sebagai
pengganti kimono agar kimono berharga mahal tidak rusak karena keringat.
Aktorkabuk i mengenakan yukata ketika berdandan atau memerankan tokoh
yang memakai yukata. Pegulatsumo memakai yukata sebelum dan sesudah
bertanding.Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.
Cara memakai
Hotel atauryokan di Jepang menyediakan yukata untuk dipakai tamu
sebagai pakaian tidur. Sebagai pakaian tidur, yukata bisa dikenakan
begitu saja tanpa mengenakan pakaian dalam. Ketika dipakai pria untuk
keluar rumah, yukata biasanya dikenakan tanpa kaus dalam, dan cukup
memakai celana dalam atau celana pendek. Berbeda dengan kimono yang
dikenakan dengan dua lapis pakaian dalam (hadajuban danju ban), sewaktu
mengenakan yukata, wanita hanya perluhada juban (pakaian dalam lapis
pertama). Alas kaki sewaktu memakai yukata adalah geta.Yukata dikencangkan ke tubuh pemakai dengan obi yang lebarnya setengah dari lebar obi untuk kimono jenis lain. Di antara berbagai jenis simpul obi untuk yukata, bentuk simpul yang paling populer adalah simpulbunko yang berbentuk kupu-kupu. Bila tidak bisa membuat simpul, toko kimono menjual simpul obi yang sudah jadi dan tinggal disisipkan pada obi.
Wanita mengenakan yukata yang pas dengan ukuran tubuh pemakai agar terlihat bagus sewaktu dipakai. Seperti halnya kimono, panjang yukata selalu melebihi tinggi badan pemakai. Perlengkapan memakai yukata wanita:
• rok panjang (susoyoke) sebagai pakaian dalam, berwarna putih polos.
• pakaian dalam (hadajuban)
• tali pinggang (koshihimo) untuk mengencangkan kain berlebih di
bagian pinggang yang berasal dari kelebihan panjang kain pada bagian
bawah
• kain sabuk pengikat (datejime) untuk mengencangkan kain yang longgar di bagian perut
• Obi untuk mengencangkan yukata ke badan
3. Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.
• Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori.
Bagian punggungmontsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan
montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana
pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu
menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan
dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
• Kimono santai ki nagashi
Pria
mengenakankinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar
rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika
berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.